Beberapa hari menjelang peluncuran resmi pada 1 Juli, render resmi Nothing Phone (3) bocor ke publik. Desainnya berani, mirip dengan seri Phone (3a), termasuk pengaturan tiga kamera yang tidak biasa dan tidak sejajar.
Namun, pilihan chipset Snapdragon 8s Gen 4 telah memicu reaksi beragam, terutama karena Nothing sebelumnya menyatakan ini sebagai flagship pertamanya, namun menggunakan chipset yang dianggap lebih rendah dari ekspektasi banyak penggemar.
Keputusan Nothing untuk menggunakan Snapdragon 8s Gen 4, bukan Snapdragon 8 Gen 2 yang lebih tinggi performanya (sekitar Rp 12 jutaan), merupakan langkah berani yang sarat risiko. Meskipun chipset ini masih mumpuni, namun ekspektasi pasar terhadap flagship Nothing tampaknya lebih tinggi.
Banyak yang memperkirakan penggunaan Snapdragon 8 Gen 2 atau bahkan yang lebih tinggi, mengingat klaim Nothing tentang Phone (3) sebagai flagship sejati.
Strategi ini menimbulkan pertanyaan, apakah Nothing memprioritaskan harga jual yang kompetitif dibandingkan performa puncak? Atau apakah ini strategi untuk menjangkau pasar yang lebih luas?
Bocorannya juga mengungkapkan beberapa spesifikasi menarik. Nothing Phone (3) akan dibekali baterai 5.150 mAh (lebih besar daripada Galaxy S25 Ultra yang berharga sekitar Rp 19 jutaan), pengisian cepat 100W, dan pengisian nirkabel 15W.
Layar OLED 6,7 inci dengan resolusi FHD+ dan rasio aspek 20:9 juga menjadi daya tarik tersendiri. Terdapat lensa telefoto periskop 50 megapiksel, yang merupakan kamera utama dan terletak tidak sejajar dengan dua kamera lainnya.
Rumor menyebutkan penggunaan tiga sensor 50 megapiksel, meskipun hanya lensa periskop yang dikonfirmasi secara resmi.
Peluncuran Nothing Phone (3) menjadi ujian nyata bagi strategi perusahaan. Desain uniknya memang menarik perhatian, tetapi pilihan chipset menjadi faktor penentu keberhasilannya di pasar yang kompetitif.
Jika Nothing berhasil membuktikan bahwa Snapdragon 8s Gen 4 cukup mumpuni untuk memenuhi ekspektasi konsumen terhadap flagship, maka strategi ini akan berbuah manis.
Namun, jika tidak, perusahaan berisiko kehilangan kepercayaan konsumen dan tertinggal dalam persaingan dengan brand lain yang menawarkan spesifikasi lebih tinggi.
Strategi ini patut dikaji lebih lanjut, apakah benar-benar berhasil mendemokratisasi pasar ponsel flagship atau hanya sebuah pertaruhan besar yang berpotensi merugikan.
Nothing Phone (3) menghadirkan perpaduan menarik antara desain unik dan spesifikasi yang cukup mumpuni. Namun, keputusan penggunaan Snapdragon 8s Gen 4 tetap menjadi sorotan utama.

Strategi ini menunjukkan ambisi Nothing untuk menjangkau pasar yang lebih luas, namun sekaligus berisiko jika tidak mampu memenuhi ekspektasi konsumen akan performa flagship.
Keberhasilan Nothing Phone (3) akan sangat bergantung pada bagaimana perusahaan berhasil mengkomunikasikan nilai jualnya dan meyakinkan konsumen bahwa pilihan chipset tersebut sejalan dengan target pasar yang ingin dijangkau.
Waktu akan membuktikan apakah strategi ini berhasil atau menjadi sebuah pelajaran berharga bagi industri teknologi.